ADILA

Selasa, 24 Maret 2009

CALEG INSTAN DARI KEPULAUAN (2)

Seperti kita maklum, pernak pernik atribut partai politik menjelang pemilu sudah mewarnai jalan dan rumah penduduk dengan spanduk, baleho dan stiker calon legislatif dan partai yang mengusung, tentunya semua itu adalah gombalisasi partai untuk mendapatkan simpati dari konsetuen partai, hingga nantinya mendapatkan suara banyak dan menduduki jabatan di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), baik tingkat pusat, wilayah maupun daerah.
Banyak cara yang dilakukan oleh calon legislatif (caleg) untuk mendapatkan suara banyak, tentunya usaha itu membutuhkan pengorbanan, dan pengorbanan itu banyak motivnya, motiv yang paling mudah diingat dan dambaan konsetuen adalah sembako atau uang (money politic). Disamping itu janji-janji politik akan banyak kita dengar dari para calon legislatif, mulai dari kesejahteraan masyarakat, pendidikan murah, subsidi kesehatan, atau yang lainnya. Itulah realita yang ada, apakah janji itu ditepati atau tidak itu urusan belakang, bukankah segala bentuk keputusan dan ketetapan itu membutuhkan musayawarah dewan, dan sekecil apapun perkara tetap melalaui mekanisme yang sudah ditetapkan di dewan.. Kalau dewan menyepakati, maka janji itu akan terwujud, jika tidak maka janji itu akan hampa.
Era politik saat ini adalah era yang lebih ketat kompetensinya. Tidak bisa main-main. Apalagi rakyat secara berulang-ulang merasa terabaikan, masyarakat sudah merasa muak dengan partai politik, karena selalu diatasnamakan, semua itu adalah akibat kemunduran dan degradasi kualitas kader partai yang tidak mempunyai konsep berbangsa dan bernegara. Penggunaan politik uang dalam peristiwa-peristiwa politik, misalnya. Bersamaan dengan itu, seluruh pimpinan dan kader partai harus terus dibangunkan kesadarannya, terutama dalam menunjukkan kepeduliannya terhadap rakyat. Untuk itu diperlukan pendidikan politik dan proses kaderisasi yang matang sehingga nantinya tidak terjadi calon legislative yang instant.
Dalam situasi dan kondisi demikian, maka akan melahirkan caleg-caleg yang professional dan berwibawa sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat. Bukan malah sebaliknya caleg yang hanya numpang nama untuk popularitas doang. Kalau caleg yang demikian tetap dipertahankan, maka
Banyak orang jatuh……………
Orang tama', rakus dan gila dunia..
Kini orang jadi bingung
Latah, dan tak tau diri…..
Berulang kali
Kami ingatkan mereka….
Kami nasehati,
Kami latih dan kami bimbing
Kini…………..mereka diam seribu bahasa.
Orang berkata…
Akulah paling sukses
Padahal kesuksesan
Tak lain dan tak bukan hanyalah….
Bunyi tanpa suara
Suara tanpa arti
Arti tanpa makna
Makna tanpa hikmah
Oh………………hampa…
Ada tapi tiada
Patamurgana indah, tapi palsu
Gema tanpa suara
Kenyataan yang dimanipulasi
Kini………….semua orang buta,
Kejujuran jadi kebohongan
Kebohongan jadi kebenaran
Kebenaran jadi kepalsuan
Kepalsuan jadi keadilan
Keadilan jadi kelaliman
Kelaliman jadi kebodohan
Pecundang menari-menari
Diatas derita rakyat jelata
Tikus-tikus berdasi
Lempar batu sembunyi tangan
Seolah-olah……………..
Kau raja di atas raja
Kau tuan, aku hamba
Kau senang aku menderita
Tapi………..sebenarnya kau durhaka dan berdosa
Duri kau anggap kerikil
Kerikil kau anggap jalan aspal
Jalan aspal kau anggap jalan tol
Oh……………
Sungguh kau tolol
Benar-benar tolol kau ini……!!
Wallahu a’lam bi alshowab

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008