ADILA

Senin, 25 Mei 2009

MALU JADI SARJANA

Perguruan Tinggi (PT) adalah tempat dimana para generasi bangsa bisa meraih gelar Strata satu (S 1) dengan berbagai konsentrasi ilmu pengerahuan yang dipilih mestinya juga para sarjana itu menyandang title yang berbeda-beda. Para sarjana tentunya diharapkan menjadi ilmuan-ilmuan yang tangguh dan mumpuni dibidangnya masing-masing, baik dia sebagai sarjana pendidikan, maupun sarjana tehnis di perkantoran.
Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia diharapkan bisa memberikan skil yang professional buat anak didik bangsa, sehingga nantinya tatkala mereka menjadi sarjana dan terjun di masyarakat bisa memberikan secuel harapan bagi masyarakatnya. Tapi kenyataannya tentu banyak para sarjana-sarjana pengangguran yang sudah mencari pekerjaan. Sementara para orang tua yang rela menjual sebidang tanah, menjual sapi, bahkan menggadaikan sertifikat rumah untuk membiayai pendidikan anak ke jenjang yang lebih tinggi, kelak nantinya bisa menopang dan membantu kebutuhan keluarga khususnya dalam hal finansial. Tapi realitanya malah terbalik dan tentunya jauh dari harapan keluarga.
Perguruan Tinggi hanya bisa memberikan skil dan ilmu pengetahuan bagi peserta didik (mahasiswa) dan bukan memberikan lapangan pekerjaan bagi para alumninya. Berkali-kali saya mendengar Rektor/Ketua Perguruan Tinggi tatkala wisuda berlangsung menyampaikan dengan sebenarnya bahwa Instistusi/universitas ini hanya memberikan kail, kepada mahasiswa bukan ikan. Tentunya cuplikan pidato itu mengandung makna filosifi yang artinya bahwa PT hanya memberikan teori-teori dan skil kepada mahasiswa, dan mahasiswa itulah kelak akan mengimplementasinya di masyarakat.
Disadari atau tidak kadang kita mendengar dari masyarakat bisikan atau pertanyaan tatkala kita mau berangkat studi ke jenjang yang lebih tinggi (universitas, institute, atau sekolah tinggi), pertanyaannya: kalau sudah lulus jadi apa???. Kita yang masih masa transisi hanya diam seribu bahasa, tidak tau mau jawab apa, sementara nanti kalau kita sukses, maka kita akan menjadi contoh di masyarakat yang tentunya nanti akan memberikan motivasi kepada orang tua dan anaknya untuk mengecam pendidikan yang lebih tinggi, jika sebaliknya pulang ke rumah jadi mengangguran, itupun nanti akan menjadi contoh bagi orang tua untuk tidak menyekolahkan anaknya. Karena itulah kemudian banyak sarjana yang frustasi dan bekerja apa adanya atau malah pergi tak tau kemana. Mereka itu akan menambah jumlah pengangguran di Indonesia.
Sebenarnya kalau perspektif agama yang di kedepankan, maka tidak ada yang sulit dalam hidup ini. Agama sudah memberikan nilai plus bagi orang-orang yang mau menuntut ilmu, bahkan itu merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Allah swt sudah berjanji dalam al-Qur’an bahwa Allah akan mengankat derajat orang yang beriman dan berilmu. Masalahnya kemudian mereka sungguh-sungguh menuntut ilmu atau malah sebaliknya hanya pindah tempat tidur, makan dan sebagainya.
Seorang muslim sejati tidak akan pernah malu tatkala dia menyandang gelar sarjana, semestinya bangga karena tidak semua orang dipilih oleh Allah untuk ditakdirkan menjadi orang yang berilmu apalagi bisa mengecam pendidikan tinggi seperti kita. Untuk itu nilai-nilai agama yang menjadi tolok ukur dalam menyelesaian segala problem yang kita hadapi terutama masalah urusan perut (dunia) yang kadang-kadang membutakan mata hati kita.
Tentunya manusia hanya bisa berusaha tetapi Allah swt yang jadi penentu usaha kita berhasil atau tidak, semuanya itu tergantung niat kita, karena dengan niat itulah yang menjadi standar/ukuran kita sukses atau tidak. Kalau niat kita nuntut ilmu karena semata-mata ingin meraih kebahagiaan dunia semata (dapat pekerjaan), mungkin saja hal itu bisa kita capai, tapi sampai kapan?, karena ada jatah hidup manusi di dunia. Di akhirat nanti kita tidak mendapatkan kebahagiaan karena yang kita cari adalah kebahagiaan dunia semata. Kalau niat kita karena mencapai ridla Allah, maka kebahagiaan dunia akhirat akan kita capai, hidup dunia hanya sementara, dan kehidupan akhirat jauh lebih kekal.
Pesan moral buat generasi bangsa khususnya para Mahasiswa dari Kepulauan Sapeken, tata niat mulai sekarang, belajar yang tekun, raih cita-cita mu, jangan pernah putus asa, dan jangan pernah terpengaruh oleh omongan orang tentang “Sarjana Pengangguran” dan jangan “Malu menjadi Sarjana”. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bi al-Showwab.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008