ADILA

Selasa, 24 Maret 2009

ABDI KU UNTUK NEGERI KU

“Sejatinya hidup ini adalah milik MU”
Dalam hidup ini tidak ada yang bisa kita banggakan selain berbuat yang bermanfaat buat orang lain. Sepintas kita menyadari tatkala Allah menciptakan manusia tanpa membawa bekal dan sehelai kain pun yang melekat dalam diri kita, tetapi semuanya serba berubah dengan situasi dan kondisi hingga manusia tumbuh remaja, dewasa, kemudian menjadi tua, itulah kehidupan dunia tidak ada yang abadi selain Allah swt.
Orang bisa jaya, menduduki jabatan tinggi dalam strata sosial, itu bukan karena jerih payahnya sendiri tetapi ada campur tangan orang lain, ada sumbangsih manusia lain, terlepas dari itu takdir atau bukan, karena kalau kita kembali pada ketentuan Allah, maka berkahirlah semua cerita yang ada hanyalah kenikmatan itupun sesaat. Untuk itulah tidak ada yang bisa kita lakukan selain tetap membuat orang bahagia, membuat orang tersenyum. Alangkah indahnya kehidupan dunia kalau semua orang berbagai rasa, berbagai suka, bukan malah berbagi penderitaan, duka, dan tangis, sehingga orang harus iba dan kasihan melihat kita yang selalu termenung tak tau apa yang harus dipikirkan, memang itulah nasib yang setiap orang berbeda-beda.
Udara kemerdekan dan kebebasan yang kita hirup hari ini, adalah buah perjuangan para pendahulu kita yang hidup dan matinya mereka pertaruhkan demi bangsa dan Negara, demi tanah air tercinta Indonesia namanya. Andai kita hidup di zaman itu mungkin kita menyadari betapa susahnya hidup, terhempit oleh penderitaan colonial yang ingin merebut tanah lelehur, derita dan kesengsaraan menjadi tautan dan jeritan hati, kerja paksa untuk pribumi demi sesuap nasi menjadi tradisi hingga akhirnya kemerdekaan itu diraih dengan bersimbah darah, itulah potret kehidupan pendahulu kita, yang tinggal hanyalah kenangan dan cerita masa lalu.
Kemerdekaan sudah kita raih tetapi kebebasan belum sepenuhnya kita miliki, karena masih ada hak orang lain yang membatasi kebebasan kita. Kemerdekaan yang hakiki adalah kebebasan dari segala ketergantungan dari orang lain, sementara masih banyak manusia selalu bergantung pada orang lain. Ketergantungan yang hakiki adalah bergantung hanya kepada Sang Pencipta, bukan kepada manusia.
Negara kita ini membutuhkan orang yang mampu bergantung hanya kepada Allah, bukan kepada manusia. Tahun ini adalah tahun politik (Mu’arif), di tahun ini kita akan melihat banyak orang yang bergantung kepada manusia untuk menentukan nasibnya masing-masing, setelah itu Negara kita esok hari akan dipimpin oleh mereka-mereka yang mengharapkan belahan kasih orang lain, benarkah begitu ??? kita buktikan aja nanti. Itulah bukti pengabdian manusia kepada bangsa dan Negara, orang menyadari kalau dia bisa menduduki jabatan yang tinggi dalam pemerintahan, maka dia menyangka bahwa jabatan ini adalah bukti kepatroit sebagai bangsa untuk Negara, itulah namanya pengabdian untuk negeri tercinta. Tetapi pada kenyataannya pengabdian itu hanya digunakan untuk menguras uang rakyat dan menjual kemerdekaan ini untuk bangsa lain.
Sekarang kita. generasi penerus bangsa dalam skala kecil pulau kita di seberang sana, bagaimana nasibnya hari esok masihkah seperti sekarang yang dianak tirikan oleh induknya, atau malah tenggelam karena pasir dan pantainya selalu diambil dan dijual kepada orang asing, kalau bukan karena generasi yang terhimpun dalam HIMAS ini, terus siapa lagi yang mau berkorban untuk membawa masyarakat kearah yang lebih baik, baik dari bidang ekonomi, sosial dan yang lebih penting lagi adalah bidang pendidikan. Tentunya ini semua butuh proses dan HIMAS juga butuh waktu untuk menyelesaikan jenjang pendidikannya.
Jika diri mu tidak bisa merubah keadaan dengan tindakan, ubahlah dengan tulisan, sekali lagi saya katakana abdi mu untuk “negeri Sapeken ???”. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bi al-Showab.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008