ADILA

Jumat, 06 Agustus 2010

RAMADLAN DAN BUDAYA LOKAL

Merupakan suatu keharusan bagi setiap muslim berkewajiban untuk menjalakan puasa saat memasuki bulan Ramadlan yang merupakan bulan penuh berkah dan pensucian diri baik insan maupun harta. Sebagaimana yang Allah firmakan dalam AL-Qur’an :
              
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al-Baqarah : 183)

Salah satu tujuan dari berpuasa adalah untuk meraih ketaqwaan. Taqwa yang sesungguhnya bukan tawqa dalam artian semu, tetapi lebih dari itu bahwa di bulan ramadlan ini banyak pelajaran hikmah yang terkadung di dalamnya apabila kita benar-benar menghayati dan berfikir hakikat dari pada disyariatkannya umat Islam untuk berpuasa sebulan penuh. Bagi orang awam yang tidak pernah menyimak akan hikmah yang terkadung di dalamnya puasa hanya sekedar menahan makan dan minum serta menjalankan ibadah ritual seperti ibadah sunnah shalat tarawih dan witir juga tilawah, selebihnya bisa dikatakan tidak sama sekali, karena itu kemudian ulama mendefinisikan bahwa ada tiga tingkatan orang yang berpuasa yang tentunya mempunyai efek terhadap kualitas puasanya yaitu puasa umum yang biasa dilakukan oleh orang awam yang hanya menahan lapar dan dahaga, kemudian puasa khusus yang bukan hanya menahan lapar dan dahaga ansih, tetapi juga seluruh anggota badan manusia juga berpuasa, dan yang ketiga adalah puasa khususnya khusus, artinya model puasa ii bukan hanya menahan lapar dan dahaga, seluruh anggota daban berpuasa tetapi hati juga berpuasa dari penyakit hati seperti riya’, sombong, dengki, hasud dan sebagainya.
Idealnya berpuasa itu adalah harus melakukan model puasa yang ketiga ini, supaya puasa kita berkualitas, setelah nanti selesai melaksanakan puasa sebelum penuh, maka akan terbiasa menjalankan hal-hal yang positif yang tidak menyakiti hati orang karena sudah digembleng satu bulan penuh untuk menjadi orang yang lebih baik dari sbelumnya, inilah termasuk orang beruntung, walaupun pahala puasa kita itu hak progatif Allah SWT, tapi kalau kita menjalankan sesuai dengan rambu-rambu syari’at Insya Allah semuanya akan berjalan sesuai dengan harapan.
Puasa di bulan Ramadlan termasuk juga ibadah ritual sunnah seperti sholat tarawih dan witir, yang sudah membudaya di masyarakat, bukan lagi merupakan ajaran tapi budaya yang mempunyai musim, dan jika kita tidak terlibat di dalamnya maka aneh bin ajaib, tentunya banyak ditemui macam-macam budaya khususnya di Indonesia apabila telah kita sampai pada bulan Ramadlan. Ramadlan diidentikkan dengan ritual, sehingga banyak orang muslim awam melakukan selamatan di awal bulan ramadlan sebagai salah satu bentuk tanda syukur telah sampai kepada bulan ramadlan, begitu juga setelah selesai bulan ramadlan tepatnya setelah keluar dari Sholat Ied masyarakat tertentu telah melakukan selamatan tanda perpisahan dengan bulan puasa.
Disamping itu juga tentunya banyak orang muslim yang berziarah ke makam-makam saudaranya, bapaknya, ibunya, kakek dan neneknya, sekalipun di luar bulan ramadlan juga ada yang melakukan tetapi tidak sebanyak di bulan ramadlan. Ini artinya bahwa bulan ramadlan dianggap sesuatu yang sakral dan sangat di tunggu-tunggu kedatangannya, karena itu tidak heran kalau ada orang yang menangis tatkala bulan ramadlan telah pergi, dan ada juga orang yang tertawa dan bahagia. Wajar jika anak kecil bahagianya karena detik-detik kepergian ramadlan pasti akan dibelikan baju baru oleh orang tuanya, bukan hanya anak kecil juga yang ingin baju baru, orang tuanya juga, bahka semua orang ingin pakai baju baru. Ini merupakan symbol bahwa ramadlan itu identik dengan baju baru.
Lain halnya lagi dengan serba serbi makanan yang dijual orang, kita bisa melihatnya disekitar kita, apalagi menjelang buka puasa banyak pemandangan yang lain dari pada yang lain, di kota-kota besar misalnya banyak kita temui di jalan-jalan orang menjajakan makanan buka puasa seperti ta’jil dan nasi dengan berbagai rasa, lain halnya lagi ketika menjelang perayaan Idul Fitri, ibu-ibu lagi sibuk wira wiri ke pasar untuk membeli berbagai macam makanan untuk dihidangkan saat lebaran tiba. Ini berarti juga Ramadan dan Idu l Fitri itu artinya makanan, identik dengan makanan dan pakaian, bukan Rasulullah SAW pernah mengingatkan para sahabatnya bahwa “laisal Ied liman la bisal jaded, wa la kinnal Ied Tha’atan Yazid” (Idul fitri itu bukan pakaian baru, Idul Fitri itu adalah keta’atan yang meningkat).
Tetapi bukan berarti bahwa budaya itu makanan dan pakain baru identik dengan bulan ramadlan itu harus ditiadakan, tetapi bagi orang yang berfikir dan mengambil hikmah dari budaya makanan dan pakain baru itu pasti akan mengatakan bahwa pakain baru itu symbol dari orang yang menjalankan ibadah puasa dengan tulus dan ikhlas jika nanti keluar di bulan ramadlan dia akan membuka lembaran baru dan mengubur lembaran lama yang penuh dengan noda dan dosa, karena itu budaya baju baru dan makanan menjadi budaya bagi umat Islam.
Kegiatan lain yang menjadi budaya di bulan ramadlan adalah mudik. Mudik sudah menjadi budaya tahunan bagi semua orang yang jauh dari sanak keluarganya. Tentu pula ramadlan mempunyai arti mudik, walaupun di luar pulang ramadlan kita juga sering mengunjugi sanak keluarga, tapi itu tidak dikatakan mudik, tapi kenapa kalau di bulan ramadlan saat orang mau nanya kepada kita, mudik kemana mas?. Kata mudik identik dengan Idul Fitri.
Ada lagi budaya di bulan ramadalan yang tidak kalah serunya yaitu bahwa 10 hari terakhir di bulan ramadlan banyak orang Islam sudah pindah terawih bukan lagi di masjid dan musholla dimana dia terus menjalankan sholat tarawih dan witir tetapi sudah pindah dari masjid ke terminal, dari masjid ke bandara, dari masjid ke pasar, dari masjid ke mall, dari masjid ke stasium, budaya ini nyaris setiap tahun terjadi dan sudah menjadi budaya. Semoga saja di bulan Ramadlan tahun 2010 ini kita bisa memilih dan memilah budaya mana yang bermanfaat dan mempunyai nilai plus bisa mendukung kualitas puasa kita. Walla hu a’lam bi al Showab.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008